Selasa, Mei 05, 2009

MENGAPA PAPUA TERUS DISEBUT TERTINGGAL ?

Pertanyaan yang terus menerus muncul di benak setiap generasi Papua jika mengikuti perkembangan-perkembangan baik segi penilaian yang diberikan pemerintah pusat dengan membanding-bandingkan kualitas/mutu atau hal-hal yang dianggap potensial maupun indikator bagi pembangunan nasional.


Ya benar, pertanyaan yang cukup membuat semangat hidup seakan mulai sirna dan hilang dari peradaban zaman yang terus maju. Sejak kecil saat masih berada pada tingkat pendidikan SD pun sering terdengar hal-hal yang seolah-olah menjatuhkan spirit generasi Papua kerena terlanjur telah didiskreditkan dengan berbagai "veto" terhadap kekurangan yang terjadi di Papua.


Mungkin benar disebut tertingal, karena kemampuan daya saing serta tingkat pemahaman masyarakat terutama terhadap pentingnya pendidikan sangat minim dan jauh dari kuota yang diharapkan. Mungkin juga benar disebut tertinggal karena fakta di lapangan menunjukan kebenaran. Demikian juga ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur mutu pendidikan, kemajuan ekonomi dan berbagai sumber lain yang digunakan sebagai indikator kemajuan pembangunan di Papua.


Namun bagi saya secara pribadi tidak menyetujui jika Papua terus di sebut tertinggal dengan ukuran maupun indikator yang dipakai untuk mengukur Papua dalam bentuk apapun. Jika membandingkan Papua dengan Jawa, Selawesi dan lain sebagainya yang kemudian di sebut indeks pembangunan cukup signifikan, sama saja dengan penilaian yang kurang proporsional. Alasannya jelas, Papua merupakan daerah yang jauh dari industri perangsang kemajuan. Industri percetakan buku kebanyakan di Jawa, demikian gedung-gedung pendidikan, Universitas dan sebagainya semuanya di perkotaan besar. Demikian juga kurikulum pendidikan Papua yang masih tertinggal dan mungkin hingga saat ini masih menggunakan kurikulum 1994, sementara di daearah-daerah lain di Indonesia terus mengikuti perkembangan dunia. Bagaimana mungkin Papua terus di sebut tertingal jika hal-hal penunjang pembangunan masih berputar di Perkotaan metropolitan? ini kan suatu hal yang bagi saya sangat mendiskreditkan orang Papua.


Yang sangat disayangkan lagi pejabat-pejabat Papua sendiri masih berkutat pada kepentingan pribadi semata. Mana nuranimu sebagai orang Papua ????? Apakah setelah mendengar adanya ketimpangan Pembangunan kemudian diam seribu bahasa menungu kehancuran generasimu sementara sebagai kaum elit terus berputar pada rana kepentingan pribadi? ah..., sangat memalukan.


Sebaiknya maksimalkan potensi yang telah ada. Gunakan kemampuan untuk benar-benar membangun keterbelakangan dan merombak segala stikma yang membunuh spirit kemajuan. Karena masing-masing orang Papua terutama pejabat selalu mau mengutamakan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan seluruh masyarakat Papua.


Bangun sumber daya manusia dengan memaksimalkan seluruh sumber daya yang telah ada. Rancang masa depan masyarakat Papua dengan konsolidasi seluruh pelaku pembangunan guna menentukan masa depan serta arah pembangunan Papua sebagai bagian dari NKRI yang juga bermartabat sebagai bangsa. Jangan terus diam dengan mengangguk-anggkukan kepala, seolah-olah membenarkan pernyataan-pernyataan yang pada prinsipnya bernada sinis. Sebab segala sesuatu harus dirubah.


Jika menghendaki adanya perubahan namun masi berpangku kaki dan tangan pada kursi empuk jangan pernah berharap Papua akan maju. Yang menentukan maju mundurnya pembangunan di Papua hanya orang Papua sendiri bukan orang manapun. Jadi sebaiknya bergandengan tangan memikirkan hal ini secara serius.


*Semoga tulisan ini dapat menjadi spirit perubahan.






1 komentar:

  1. Salam dari Medan! Saya terharu membaca tulisan anda mudah mudahan ini didengar dan menjadi motivasi bagi generasi Papua. betul sekali! Diam tidak akan menghasilkan apa apa..!!

    BalasHapus