Minggu, Agustus 30, 2009

MAHASISWA SALAH SATU UNIVERSITAS SWASTA DI TIMIKA KULIAH MENGGUNAKAN LILIN BAKAR


Tidak ada Rotan akar pun jadi

Nampaknya pepata di atas adalah pepata yang sangat tepat jika menggambarkan situasi yang dialami para pencari ilmu Pengetahuan di Kabupaten Mimika. Mereka adalah mahasiswa yang mencintai pengetahuan.

Di sela-sela kegiatan kampanye pendidikan, saya mencoba meluangkan waktu melihat serta mengamati berbagai hal di luar ruangan. Segala sesuatu berjalan sebagaimana adanya. Hiruk pikuk serta lalu lalangnya berbagai jenis kendaraan baik kecil maupun besar di jalan seakan menghibur suasana kota pada sebuah lorong jalan di Koperapoka. Karena langkah semakin ringan, sayapun mencoba mengikuti kata hati. Tidak lama kemudian saya pun dibisik untuk meminta ijin pada seorang dosen yang sedang berdiri tepat dihadapan puluhan mahasiswa di salah satu ruangan. Saya bingung untuk apa meminta ijin. Sejenak termenun akhirnya loading juga maksud dari bisikan tersebut. Ternyata rekan saya membisikan kepada saya untuk mendokumentasikan suasana perkuliahan pada salah satu kelas yang terletak di pertengahan antara lorong dan kelas lain. Betapa terkejutnya saya melihat ruangan kelas yang terisi penuh mahasiswa tetapi di sepanjang deretan meja perkuliahan dipenuhi puluhan batang lilin bakar yang redup mengelilingi mahasiswa dan dosen yang sedang berinteraksi.

Luar biasa…. Dalam hati saya bergumam. Kagum bukan karena lain hal, tetapi kagum akan semangat yang terpancar dari para mahasiswa dan dosen membuat saya semakin bersemangat. Dalam situasi yang tidak mendukung mahasiswa masih tetap bersemangat untuk mengikuti kegiatan perkuliahan.

Tidak lama kemudian sayapun menghampiri seorang dosen yang sedang memberikan materi kepada mahasiswa. Dengan nada yang tidak begitu keras, saya meminta ijin untuk mendokumentasikan peristiwa tersebut. Dosen itu dengan senang hati mengijinkan saya untuk mengambil gambar karena saya mengaku sebagai pemerhati pendidikan. Dengan sigap seolah fotografer handal, saya pun mengambil beberapa gambar melalui berbagai sisi pada ruangan tersebut.

Setelah pengambilan gambar selesai dilakukan, sayapun berpamitan dengan dosen yang bersangkutan sambil mengucapkan terimakasih atas keramahan yang telah diberikan dalam pengambilan gambar situasi saat itu.

Ini merupakan situasi yang benar-benar nyata dan dialami oleh anak bangsa.

Minimnya sarana pendukung kelancaran pendidikan semakin menyebabkan ketertinggalan yang luar biasa di bagian Timur. Bayangkan harga buku yang membumbung tinggi, karena jarak yang jauh diperparah oleh minimnya sarana pendukung pendidikan lain termasuk listrik yang terus mengalami pemadaman secara bergilir. Kapan akan terjadi perimbangan transfer pengetahuan? Mudah-mudahan sedang mengalami situasi tersebut.

Secara pribadi saya berharap persoalan ini tidak berlarut-larut menyelimuti suasana pendidikan di Kota Timika. Karena jika hal itu terus berlangsung, jangan berharap banyak tingkat peningkatan pengetahuan dapat mengalami keadaan yang seimbang sebagai bagian dari pemerataan pembangunan nasional.

Oleh sebab itu Pemerintah daerah hendaknya dapat secepat mungkin mengusahakan menanggulangi persoalan pemadaman listrik bergilir tersebut. Hal itu sangat penting, sebab jika pembangunan daerah tidak dilandasi oleh adanya infrastruktur pendukung pendidikan yang baik dapat mengakibatkan lambatnya pembangunan ilmu pengetahuan bagi pembentukan sumber daya manusia daerah tangguh, terutama sumber daya Manusia di Kabupaten Mimika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar