Senin, April 20, 2009

PENGORBANAN DEMI MASYARAKAT ATAU KEPENTINGAN PRIBADI ?

Beberapa hari setelah Pemilihan calon anggota legislatif, terdengar dimana-mana berbagai informasi. Ada informasi yang muncul mengenai keunggulan salah satu partai politik, ada juga info mengenai adanya ketidak jelasan daftar pemilih tetap (DPT), di Iran ada info mengenai penahanan terhadap salah seorang wartawan Amerika Serikat yang dicurigai sebagai mata-mata AS oleh Iran, yang menurut laporan beberapa media dilaporkan dari Amerika Serikat bahwa Obama kecewa terhadap Iran dan sebagainya. Namun ada satu hal yang sangat menarik perhatian, yaitu Caleg stress dan banyak yang masuk RSJ alias Rumah Sakit Jiwa. Selain itu ada calon anggota legislatif yang karena kalah dalam pertarungan menyebabkan harus menarik kembali barang-barang yang diberikan kepada masyarakat sewaktu kampanye politik, termasuk penggusuran dan sebagainya. Hal yang sangat menarik. Menarik bukan karena baik atau indah tetapi menarik karena kebobrokan strategi politik sang aktor yang kandas ditengah jalan, alhasil membinasakan masyarakat yang telah melakukan hal yang terbaik tetapi dipandang tidak benar.

Timbul pertanyaan kemudian, apakah kepentingan pribadi yang diperjuangkan ataukah kepentingan umum?

Sejauh pengamatan, segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan pribadi akan nampak melalui sifat maupun situasi yang ada dan nampak. Karena jika mengatakan kepentingan umum, maka menerima dengan lapang dada kekalahan adalah hal yang wajar dan merupakan sifat seorang figur yang patut diteladani. Kalah bukan karena tidak mampu, tetapi mungkin strateginya kurang tepat sehingga butuh perbaikan. Bila perlu coba lagi hingga berhasil. jika hal itu terjadi, maka ia memiliki jiwa ksatria yang patut diandalkan.

Yang jelas pengambilan kembali barang yang telah diberikan menunjukan bahwa yang bersangkutan tidak pantas menjadi wakil rakyat maupun pemimpin. Karena dukungan masyarakat pun tidak akan berguna bila suatu ketika akan memenangkan pertarungan politik. ia hanya berusaha untuk mengambil kepentingan pribadi dengan keterbatasan kemampuan yang ada. Tidak memiliki jiwa kepemimpinan namun memaksakan diri untuk memjadi pemimpin.

Masyarakat telah mengetahui pribadi-pribadi semacam itu. Yang perlu diketahui adalah bahwa perbuatan semacam itu tidak pantas untuk diteladani oleh siapapun dalam bentuk apapun.

Semoga hal semacam itu tidak terjadi lagi kelak. Salut buat masyarakat yang telah pandai dalam berpolitik terutama menggunakan hak politiknya seacara bijaksana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar