Minggu, September 29, 2013

PENGGALAN PENGALAMAN MEMIMPIN ORGANISASI MAHASISWA ASING DARI 29 NEGARA DI FILIPINA


“Suka tidak suka, mau tidak mau kapan dan dimanapun jika memang harus, maka jadilah”.

Kutipan diatas telah menjadi semacam semboyan, ketika dipilih untuk memimpin mahasiswa organisasi internasional yang didalamnya berisi orang-orang pintar dari 29 negara. Mereka adalah mahasiswa pilihan dari negaranya masing-masing yang sedang mengenyam studi di University of the Philippine Los Baños, Laguna Philippine. Rata-rata yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan ini adalah mereka yang sedang mengenyam pendidikan pada tingkat pendidikan S2 (master) & S3 (Doktor). Bergaul dengan rekan mahasiswa dari berbagai penjuru dunia memang gampang-gampang susah. Hal itu tidak semudah kita bergaul atau berinteraksi dengan rekan satu Negara. Karena dialek bahasa, pola interaksi & bersosialisasi serta cara menanggapi dan memberikan tanggapan serta saran sangat berbeda. Ada rekan negara lain yang gampang marah dan mengeluarkan kata-kata yang menjatuhkan rekan lain karena alasan ini dan itu, ada juga rekan yang suka menilai tetapi tidak mau terlibat dalam kegiatan, ada juga mereka yang aktif sejak awal dengan semangat tanpa henti. Tinggal bagaimana pemimpin dapat mengambil peran untuk menstabilkan kondisi yang ada. Yang pasti mereka tidak akan kompromi dengan waktu dan akuntabilitas pertanggung jawaban. 


Organisasi kemahasiswaan memang berbeda dengan dunia kerja yang pada umumnya orang bekerja untuk memperoleh upah untuk melanjutkan hidupnya. Didalamnya ada aturan kerja yang tegas. Mau tidak mau setiap orang harus mematuhi aturan yang telah ada. Sebab jika tidak, akan ada resiko. Mungkin tidak adanya tambahan insentif, bonus serta tambahan lainnya. Mereka yang bekerja dengan baik mungkin pula dipromosikan untuk jenjang jabatan selanjutnya. Organisasi kemahasiswaan hanyalah mengenai kesukarelaan. Tidak ada pemakasaan karena tidak ada upah, tidak ada promosi jabatan, bonus dan sebagainya. Namun tanggungjawabnya adalah bagaimana mereka yang memimpin dapat menggerakan anggotanya untuk terlibat dalam kegitan yang diselenggarakan. Pada pinsip ini, entah organisasi kemahasiswaan dalam negeri dan luar negeri sama, yaitu pengalokasian waktu. Beberapa mahasiswa lebih senang berorganisasi secara total tanpa memikirkan studi, tetapi ada juga yang berusaha membagi waktu antara studi dan berorganisasi. Sayangnya memprioritaskan kegiatan keorganisasian tidak berlaku dalam organisasi kemahasiswaan internasional yang nota bene, studi adalah prioritas. Alasannya jelas, jangka waktu studi hanya diberikan bagi mahasiswa penerima beasiswa sebuah lembaga studi internasional hanya 2 (dua) tahun bagi level S2 & 3 (tiga) tahun untuk level S3. Jika melebihinya, maka otomatis biaya studinya akan dihentikan. Berkaitan dengan aturan yang sangat tegas tersebutlah, setiap mahasiswa berlomba-lomba menyelesaikan studi tepat waktu, bila perlu lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan.

Polah dan aturan yang telah tersistem baik yang dipengaruhi oleh kondisi negaranya maupun berbagai aturan yang menyertai mahasiswa tersebut selalu menjadi sesuatu yang memaksa para mahasiswa internasional belajar secara sungguh-sungguh untuk dapat sesegerah mungkin menyelesaikan studinya.
Ketika dihadapkan pada situasi yang semacam itu, kemudian kembali membayangkan kondisi pendidikan daerah dengan berbagai keterbatasan, maka yang terpikir hanyalah sebuah tantangan yang sangat berat sedang menunggu. Namun mau tidak mau, suka tidak suka, tantangan tersebut harus ditaklukan. Tujuannya jelas bukan masalah tingkat pendidikan yang tinggi yang harus dicapai tetapi bagaimana kemudian hal itu akan bermanfaat bagi generasi berikut, sekurang-kurannya muncul motivas dan daya juang, mengingat tantantangan kedepan mungkin akan lebih berat dari tantangan yang ada saat ini. Hal ini menjadi motivasi yang selalu mendahului berbagai konsep pikir mengenai realita yang ada. Sehingga ketika pada tahun 2012 dilangsung pemungutan suara untuk memilih presiden mahasiswa Internasional pada kampus tersebut, walaupun sudah berusaha mundur namun terus dipaksa oleh rakan-rekan negara lain, dan pada hasilnya unggul sebagai kandidat presiden terkuat lalu keputusannya diangkat menjadi presiden, motivasi tersebut semakin meneguhkan untuk membuktikan diri bahwa putra daerah Mimika harus mampu berkompetisi di dunia internasional. Berkat motivasi tersebut, akhirnya menjadi semakin kuat untuk memimpin organisasi kemahasiswaan yang ada. 

Dengan adanya jabatan tersebut dapat dibayangkan tingkat kesibukan yang padat dan gila-gilaan jauh melampaui mahasiswa normal lain. Tugas yang padat dalam perkuliahan tetapi kegiatan keorganisasian juga harus dijalankan bersamaan. Tentunya ini mengenai resiko mengingat aturan yang sangat ketat pada universitas nomor satu di Filipina tersebut. Namun rupanya motivasi yang ada jauh lebih kuat hingga mengalahkan berbagai kekhawatiran yang ada dan mampu bertahan hingga membawah organisasi mahasiswa internasional tersebut jauh melebihi target dan diapresiasi seantero public di wilayah kampus dan negara lain. Sebab berbagai even yang diselenggarakan disiarkan pula ke negara dimana mahasiswanya tergabung dalam kegiatan keorganisasian. Rata-rata semua even yang diselenggarakan diacungi jempol karena sukses dibandingkan kepemimpinan sebelumnya. Salah satu kegiatan terdashyat adalah “International Association Cultural Night” atau malam pentas budaya organisaswi mahasiswa internasional pada bulan September 2013, yang mendapat sambutan positive dari berbagai perwakilan diplomatic di Filipina. Berbicara dimimbar membawahkan sambutan disertai gemuruh tepuk tangan bukanlah hal yang mudah pada ranah internasional. Namun itulah faktanya, bahwa putra daerah Mimika pun bisa menaklukan tantangan yang ada.


Hasil dari kepemimpinan yang ada telah membawah organisasi kemahasisawan tersebut semakin dikenal. Sehingga banyak organisasi lain yang datang dengan senang hati menawarkan kerjasama untuk penyelenggaraan berbagai event yang mengharapkan keterlibatan mahasiswa internasional. Hal itu semakin menguatkan bahwa siapapun yang memiliki semangat untuk belajar  dan memiliki tekad yang kuat dan berani tampil, entah dari manapun dia, ia dapat menaklukan hal yang pada walnya nampak tidak mungkin.

**
Leonardus Tumuka: Saat tulisan ini dipublikasikan, penulis sedang menempuh studi S3 (Doktor)  di University of The Philippine Los BanÕs (UPLB), Laguna Philippine pada program studi Community Development.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar